DISPARBUDPORA, PEKANBARU – Bertempat di Gedung Olahraga (GOR) Atletik Sport Center Rumbai, Atlet Pelajar Bengkalis Cabor At.

Jejak Tulisan Jawi dalam Naskah-Naskah Melayu dan Implikasinya bagi Kajian Bahasa Indonesia

Nurhidayat, SE
Reporter
Penulis : Putri Aulia Mustika (202401029)
Mahasiswa ISNJ Bengkalis, Jurusan Akuntansi Syariah
Di tengah arus digitalisasi dan modernisasi bahasa, tulisan Jawi barangkali terdengar asing bagi banyak pelajar Indonesia saat ini. Padahal, aksara ini pernah menjadi alat utama dalam penyebaran ilmu, agama, dan budaya di wilayah Nusantara. Dalam konteks sejarah bahasa Indonesia, tulisan Jawi menyimpan jejak penting dalam perkembangan bahasa Melayu yang menjadi cikal bakal bahasa nasional kita.
Tulisan Jawi: Aksara Tradisional Melayu
Tulisan Jawi adalah bentuk modifikasi dari huruf Arab yang disesuaikan untuk menuliskan bunyi-bunyi khas dalam bahasa Melayu. Aksara ini mulai berkembang seiring dengan masuknya Islam ke Nusantara pada abad ke-13 dan mencapai puncaknya antara abad ke-16 hingga ke-19, terutama di kawasan pesisir Sumatra, Semenanjung Melayu, Kalimantan, dan sebagian Sulawesi.
Menurut Asmah Haji Omar dalam The Malay Civilization (2000), Jawi digunakan dalam berbagai bentuk tulisan mulai dari kitab keagamaan, undang-undang kerajaan, surat dagang, hingga karya sastra. Dengan demikian, tulisan Jawi bukan sekadar sistem aksara, tetapi juga jendela peradaban Melayu yang hidup dan berkembang selama berabad-abad.
Naskah-Naskah Melayu Beraksara Jawi: Sumber Kajian Bahasa
Naskah-naskah kuno yang menggunakan tulisan Jawi menjadi dokumen penting dalam kajian filologi dan sejarah bahasa Indonesia. Di antara naskah-naskah tersebut terdapat Hikayat Hang Tuah, Hikayat Raja-raja Pasai, Tuhfat al-Nafis, hingga kitab keagamaan seperti Sabil al-Muhtadin karya Syaikh Muhammad Arsyad al-Banjari.
Kajian terhadap naskah-naskah ini dapat membantu:
- Melacak Evolusi Kosakata dan Struktur Bahasa
Bahasa Melayu klasik dalam naskah Jawi memperlihatkan pengaruh besar dari bahasa Arab, Sanskerta, dan Persia. Proses asimilasi ini tercermin dalam kosakata dan struktur kalimat, yang kemudian berpengaruh pada pembentukan bahasa Indonesia. - Memahami Ragam Regional Bahasa Melayu
Naskah dari berbagai daerah mencerminkan variasi dialektal bahasa Melayu. Hal ini penting dalam memahami keragaman awal yang membentuk bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional. - Mengungkap Aspek Budaya dan Dunia Pemikiran Lokal
Bahasa dalam naskah tidak bisa dilepaskan dari konteks budaya. Dengan membaca teks Jawi, peneliti dapat menangkap cara berpikir, nilai, dan sistem pengetahuan masyarakat masa lalu.
Implikasi bagi Kajian Bahasa Indonesia
Sayangnya, minimnya penguasaan tulisan Jawi menjadi hambatan utama dalam membuka kembali khazanah ini. Padahal, seperti yang dikatakan A. Teeuw dalam Indonesia Antara Kelisanan dan Keberaksaraan (1994), studi bahasa Indonesia tidak dapat dilepaskan dari warisan bahasa Melayu tulis, termasuk yang beraksara Jawi.
Mengabaikan tulisan Jawi berarti kita kehilangan sebagian besar dokumentasi awal yang membentuk fondasi bahasa Indonesia. Oleh karena itu, revitalisasi literasi Jawi dalam lingkup akademik dan pendidikan tinggi menjadi semakin penting tidak hanya sebagai upaya pelestarian budaya, tetapi juga sebagai langkah ilmiah untuk memahami jati diri bahasa Indonesia secara lebih utuh.

Berita Lainnya
Sesuai Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan dan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 Tentang Cagar Buday.
DISPARBUDPORA, BENGKALIS – Dihari pertama Pekan Olahraga Pelajar Daerah (POPDA) Riau, Atlet Renang Putra dan Putri Bengkali.
Sejarah desa Pedekik tidak terlepas dari sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia khususnya yang terjadi di Pulau Bengkalis. .
BENGKALIS – DISPARBUDPORA, Dinas Pariwisata Kebudayaan Kepemudaan dan Olahraga (Disparbudpora) Kabupaten Bengkalis me.