DISPARBUDPORA, BANTAN - Puncak Fistival Budaya Bahari yang diselenggarakan Dinas Pariwisata Kebudayaan Kepemudaan dan Olahrag.
ccc.jpg)
Menelusuri Jejak Jawi: Dari Kitab Kuning ke Bahasa Nasional

Syahrul Nizam, S.Pd. I
Reporter
Ditulis oleh : DANDY NURHAQ (202405009)
Mahasiswa ISNJ Bengkalis, Hukum Ekonomi Syariah
Tulisan Jawi adalah aksara Arab yang dimodifikasi untuk menuliskan Bahasa Melayu. Aksara ini memainkan peran besar dalam perjalanan intelektual dan keagamaan masyarakat Melayu-Nusantara. Sejak abad ke-13, Jawi telah digunakan untuk menyusun berbagai teks penting, dari kitab keagamaan, hukum Islam, hingga sastra klasik. Di balik bentuk hurufnya yang khas, tersimpan jejak sejarah peradaban lokal yang turut mewarnai terbentuknya Bahasa Indonesia modern.
Salah satu wujud konkret penggunaan Jawi adalah dalam kitab kuning—kitab-kitab Islam klasik berbahasa Melayu atau Arab yang ditulis dengan aksara Jawi dan digunakan secara luas di pesantren dan surau. Kitab-kitab ini menjadi sumber utama pembelajaran agama di berbagai wilayah Nusantara, terutama di Sumatra, Kalimantan, dan Sulawesi. Melalui kitab-kitab ini, literasi berbasis Jawi tersebar secara organik dan melekat kuat dalam tradisi pendidikan Islam lokal.
Penggunaan Jawi tidak hanya terbatas pada kitab keagamaan. Banyak surat kerajaan, perjanjian dagang, hikayat, dan puisi-puisi lama ditulis dalam Jawi. Hal ini menunjukkan bahwa aksara Jawi adalah medium utama literasi dan komunikasi tertulis dalam Bahasa Melayu sebelum kolonialisme Belanda memperkenalkan aksara Latin secara sistematis.
Transisi dari Jawi ke Latin bukanlah proses alami, melainkan akibat kebijakan kolonial yang lebih mendukung sistem pendidikan Barat. Meski demikian, Bahasa Melayu tetap hidup dan berkembang, bahkan mengalami kodifikasi dalam bentuk Bahasa Indonesia. Banyak kata, struktur, dan ekspresi dalam Bahasa Indonesia saat ini merupakan warisan langsung dari Bahasa Melayu yang pernah ditulis dalam Jawi.
Jejak Jawi sebagai bagian dari perjalanan Bahasa Indonesia terlihat dalam peninggalan teks-teks lama yang hingga kini masih dikaji oleh para filolog dan sejarawan. Bahkan, sejumlah pesantren dan lembaga budaya masih melestarikan kemampuan membaca tulisan Jawi sebagai bagian dari studi klasik.
Dari kitab kuning di pondok pesantren hingga naskah-naskah kerajaan, Tulisan Jawi telah menjadi batu pijakan penting dalam perjalanan bahasa nasional kita. Meski kini tak lagi digunakan secara luas, warisan Jawi tetap hidup sebagai simbol literasi awal dan identitas budaya bangsa. Menghidupkan kembali kesadaran akan nilai sejarah Jawi adalah langkah penting untuk memahami jati diri bahasa dan peradaban kita.

Berita Lainnya
DISPARBUDPORA - MANDAU, Kepala Bidang (Kabid) Pariwisata Alwizar Wakili Kepala Dinas Pariwisata Kebudayaan Kepemudaan dan Ola.
DISPARBUDPORA, PEKANBARU - Andhia Putri asal Kabupaten Bengkalis dinobatkan sebagai Dara Riau 2024 pada malam Grand Final Buj.
BENGKALIS – DISPARBUDPORA, Kepala Bidang Pariwisata Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Kepemudaan dan Olahraga (Disparbudpora) K.
DISPARBUDPORA, PEKANBARU - Gleen Pardes anak tempatan Bengkalis berhasil lolos ke tingkat Nasional Audisi Gina Bahana Nusanta.